Tribungroup.net – ORGANIZED Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) mengungkapkan alasan di balik penobatan Presiden ke-7 RI Joko Widodo sebagai finalis tokoh terkorup 2024. OCCRP juga mengumumkan Bashar al-Assad sebagai Person of the Year atau ‘Tokoh Tahun Ini pada tahun 2024.
Lembaga itu menyoroti individu yang membiarkan kejahatan dan korupsi secara global sehingga merusak demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
“Kami ingin mengklarifikasi proses seleksi kami dan mengatasi beberapa kesalahpahaman,” kata OCCRP dilansir laman reaminya, Jumat (3/1).
OCCRP juga mengungkapkan alasan di balik penobatan Presiden ke-7 RI Joko Widodo sebagai finalis tokoh terkorup 2024. Keputusan itu diambil berdasarkan jumlah suara dari seluruh dunia untuk menyeleksi dan Jokowi menjadi salah satu tokoh yang masuk ke dalam nominasi tersebut.
“OCCRP tidak memiliki kendali atas siapa yang dinominasikan, karena saran datang dari orang-orang di seluruh dunia. Ini termasuk nominasi mantan presiden Indonesia Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi,” ujarmya.
Seperti yang telah dilakukan selama 13 tahun, penghargaan ini diputuskan oleh panel juri ahli dari masyarakat sipil, akademisi, dan jurnalisme, semuanya memiliki pengalaman luas dalam menyelidiki korupsi dan kejahatan.
Mereka membuat panggilan umum untuk nominasi dan menerima lebih dari 55.000 kiriman, termasuk beberapa tokoh politik paling terkenal bersama dengan individu yang kurang dikenal.
OCCRP memasukkan dalam finalisnya nominasi yang mengumpulkan dukungan daring terbanyak dan memiliki beberapa dasar untuk dimasukkan.
OCCRP tidak memiliki bukti bahwa Jokowi terlibat dalam korupsi untuk keuntungan finansial pribadi selama masa jabatannya.
Namun, kelompok masyarakat sipil dan para ahli mengatakan bahwa pemerintahan Jokowi secara signifikan melemahkan komisi antikorupsi Indonesia (KPK).
Jokowi juga dikritik secara luas karena merusak lembaga pemilihan umum dan peradilan untuk menguntungkan ambisi politik putranya, yang sekarang menjadi wakil presiden di bawah presiden baru Prabowo Subianto.
“Para juri menghargai nominasi warga negara, tetapi dalam beberapa kasus, tidak ada cukup bukti langsung tentang korupsi yang signifikan atau pola pelanggaran yang sudah berlangsung lama,” kata Penerbit OCCRP Drew Sullivan.
“Namun, jelas ada persepsi yang kuat di antara warga negara tentang korupsi dan ini seharusnya menjadi peringatan bagi mereka yang dinominasikan bahwa masyarakat sedang mengawasi, dan mereka peduli. Kami juga akan terus mengawasi,” tambahnya.
Keputusan akhir untuk peraih Person of the Year dibuat oleh para juri. Tahun ini, penghargaan tersebut diberikan kepada Bashar al-Assad, yang tidak termasuk di antara orang yang paling banyak dinominasikan.
Peran Assad dalam mengacaukan Suriah dan kawasan melalui jaringan kriminal yang terbuka, pelanggaran hak asasi manusia yang signifikan termasuk pembunuhan massal, dan korupsi menjadikannya pilihan utama.
Proses seleksi akhir OCCRP didasarkan pada penelitian investigasi dan keahlian kolektif jaringan kami. Penghargaan ini menyoroti sistem dan aktor yang memungkinkan terjadinya korupsi dan kejahatan terorganisasi, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan kebutuhan berkelanjutan untuk mengungkap ketidakadilan.
Penting untuk dicatat bahwa penghargaan ini terkadang disalahgunakan oleh individu yang ingin memajukan agenda atau ide politik mereka. =
Pihaknya akan terus menyempurnakan proses nominasi dan seleksi, memastikan transparansi dan inklusivitas. Selain itu, pelaporan kami akan tetap difokuskan pada dampak dari para nominator dan orang lain yang melanggengkan kejahatan dan korupsi, menyoroti peran mereka dalam merusak demokrasi dan masyarakat di seluruh dunia.
Penghargaan tahun ini telah memicu keterlibatan global yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mencerminkan meningkatnya minat publik terhadap korupsi dan konsekuensinya yang luas. Penghargaan ini menyoroti pentingnya misi OCCRP untuk mengungkap dan mengekspos kejahatan dan korupsi.
Karena ancaman terhadap demokrasi, transparansi, dan kebebasan pers terus meningkat, OCCRP tetap berkomitmen untuk menyampaikan cerita yang beresonansi dengan khalayak dan memberikan wawasan kritis tentang kekuatan yang membentuk negara mereka.
Jokowi masuk sebagai ‘finalis’ tokoh terkorup 2024 bersama dengan empat pemimpin politik dunia lainnya, seperti Presiden Kenya, William Ruto dan Presiden Nigeria, Bola Ahmed Tinubu. Munculnya nama Jokowi memicu kritik publik di media sosial.
Jokowi pun lantas mempertanyakan mengapa dia disebut terkorup, apa yang dikorupsi olehnya? Jokowi meminta penilaian tersebut dibuktikan. Jokowi meminta agar soal penilaian terkorup itu ditanyakan kepada OCCRP.
“Ditanyakan saja ke sana. Orang kan bisa memakai kendaraan apa pun, bisa pakai NGO, partai, atau ormas untuk menuduh, membuat framing jahat, membuat tuduhan jahat-jahat seperti itu ya, begitu ya,” kata Jokowi.