TRIBUN GROUP – Korban jiwa akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah wilayah Sumatera kembali bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data hingga Sabtu (6/12) sore, mencatat total korban meninggal dunia mencapai 914 orang.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan kabar duka tersebut dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring. “Di hari ini, Sabtu, 6 Desember 2025, jumlah korban meninggal secara total itu 914 jiwa. Sekali lagi inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Tentu saja simpati yang sangat mendalam kepada para korban,” ujarnya, Sabtu (6/12).
Rincian korban tersebar di tiga provinsi terdampak terparah. Aceh mencatat kenaikan menjadi 359 jiwa (bertambah 14), Sumatera Utara 329 jiwa, dan Sumatera Barat 226 jiwa. Selain korban meninggal, Abdul Muhari juga menyebut masih ada 389 warga yang dinyatakan hilang dan terus dicari oleh tim gabungan. “Upaya pencarian terhadap korban yang masih hilang terus dioptimalkan oleh seluruh tim gabungan,” tegasnya.
Sementara upaya tanggap darurat dan pencarian terus berjalan, perhatian juga dialihkan pada kondisi kesehatan para pengungsi yang selamat. Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Tunggul, dalam keterangan terpisah di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (7/12), melaporkan bahwa tenaga kesehatan TNI AL yang bertugas di kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso dan KRI Radjiman tengah menangani berbagai keluhan.
“Secara umum penyakitnya bisa dikategorikan ke dalam empat yaitu sakit perut, kulit, ISPA, dan influenza,” jelas Tunggul. Jumlah warga yang mengalami keluhan kesehatan tersebut masih dalam proses pendataan dan ditangani oleh personel organik dari kedua KRI. Untuk penanganan jangka panjang, TNI AL juga menyiapkan tim pendampingan psikologis bagi pengungsi. “Ini di-standby-kan untuk melaksanakan trauma healing,” tambah Tunggul.
Laporan ini menggarisbawahi besarnya tantangan pascabencana yang dihadapi, tidak hanya dalam fase tanggap darurat dan pencarian, tetapi juga dalam pemulihan kesehatan fisik dan mental ribuan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal dan sanak keluarga. (***)
