TRIBUN GROUP – Satu bulan pasca-banjir bandang melanda, masyarakat di hampir separuh wilayah Kabupaten Aceh Utara, Aceh, masih harus bergulat dengan isolasi digital. Dinas Informasi, Komunikasi, dan Persandian setempat mengungkapkan, hingga Kamis (25/12/2025), sinyal telekomunikasi di 12 dari total 27 kecamatan masih belum pulih.
Kecamatan-kecamatan yang terdampak antara lain Baktiya, Baktiya Barat, Banda Baro, Cot Girek, Dewantara, Langkahan, Lapang, Lhoksukon, Muara Batu, Nisam, Seunuddon, Pirak Timu, dan Simpang Keramat. Hanya 15 kecamatan yang jaringan telekomunikasi-nya telah berfungsi normal.
“Artinya, hampir separuh wilayah Aceh Utara sebulan pascabanjir sinyalnya masih bermasalah,” tegas Kepala Dinas Informasi, Komunikasi, dan Persandian Kabupaten Aceh Utara, Halidi, dalam keterangan resminya.
Kelumpuhan jaringan ini memperpanjang penderitaan warga, khususnya yang masih berada di lokasi pengungsian. Kesulitan berkomunikasi untuk mengkoordinasikan bantuan, melapor kondisi, atau sekadar terhubung dengan keluarga menjadi tantangan baru di tengah upaya pemulihan.
Kendala Listrik Hambat Pemulihan
Halidi menyatakan, pihaknya telah mendorong operator telekomunikasi, dalam hal ini PT Telkomsel, untuk segera memulihkan jaringan. Namun, upaya tersebut terbentur kendala dasar: pasokan listrik yang masih padam di sebagian besar wilayah terdampak.
“Kita sudah laporkan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk membantu pemulihan segera. Karena susah sekali rakyat di lokasi pengungsian, sinyal telekomunikasi bermasalah dan listrik juga masih padam,” pungkas Halidi.
Situasi ini menyoroti betapa bencana alam tidak hanya merusak infrastruktur fisik, tetapi juga memutus akses vital terhadap informasi dan komunikasi, yang justru sangat krusial dalam masa tanggap darurat dan rehabilitasi.
Banjir yang melanda 18 kabupaten/kota di Aceh pada 26 November 2025 lalu memang meninggalkan jejak kehancuran masif. Aceh Utara termasuk yang terparah, dengan ratusan korban jiwa, ribuan rumah rusak, dan seluruh fasilitas publik lumpuh. Pemulihan sinyal telekomunikasi yang tersendat ini menjadi indikator nyata bahwa jalan menuju normalitas di wilayah tersebut masih sangat panjang dan membutuhkan koordinasi serta intervensi yang lebih cepat dari semua pihak terkait. (***)
