TRIBUNGROUP.NET – Indonesia kembali mencuri perhatian dunia internasional. Dalam laporan Global Flourishing Study terbaru yang dilakukan oleh Harvard University dan Baylor University, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan tingkat flourishing tertinggi di dunia. Temuan ini cukup mengejutkan, karena Indonesia bukan negara dengan pendapatan tinggi, namun justru unggul dalam aspek kebahagiaan, makna hidup, dan keterhubungan sosial dibanding negara maju.
Apa Itu Flourishing dan Mengapa Penting?
Flourishing atau kesejahteraan menyeluruh menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa bahagia, sehat secara fisik dan mental, memiliki tujuan hidup, nilai moral yang kuat, serta hubungan sosial yang bermakna. Konsep ini lebih luas dari sekadar kebahagiaan atau kesejahteraan ekonomi, karena mencakup aspek sosial dan spiritual yang memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Dalam Global Flourishing Study, para peneliti menilai lebih dari 200.000 responden di 22 negara selama lima tahun. Studi ini dilakukan bersama Gallup, lembaga survei global yang dikenal kredibel dalam riset sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Hasil Mengejutkan: Indonesia Nomor Satu Dunia
Berdasarkan hasil riset tersebut, Indonesia menempati posisi pertama dengan skor flourishing tertinggi, disusul oleh Filipina dan Meksiko. Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris justru tertinggal di bawah.
Para peneliti menyoroti bahwa kekayaan finansial tidak selalu berbanding lurus dengan kebahagiaan dan makna hidup. Negara maju memang memiliki keamanan finansial lebih baik, namun cenderung melaporkan hubungan sosial dan makna hidup yang lebih rendah.
“Meskipun banyak negara maju melaporkan tingkat keamanan finansial dan evaluasi hidup yang lebih tinggi, negara-negara ini tidak berkembang dalam hal lain, seringkali melaporkan makna dan kualitas hubungan yang lebih rendah,” tulis tim peneliti dari Harvard dan Baylor University, dikutip dari Fortune.
Kunci Kebahagiaan Masyarakat Indonesia: Nilai Sosial dan Spiritual
Salah satu faktor yang dinilai paling berpengaruh terhadap tingginya skor Indonesia adalah keterlibatan sosial dan keagamaan yang kuat. Sekitar tiga perempat responden di Indonesia tercatat menghadiri kegiatan keagamaan setidaknya sekali dalam seminggu, yang menunjukkan betapa eratnya ikatan sosial masyarakat Indonesia.
Kegiatan keagamaan dan sosial ini membantu masyarakat merasa memiliki makna dan tujuan hidup yang lebih besar. Selain itu, budaya gotong royong dan solidaritas antarwarga yang tinggi turut memperkuat rasa kebersamaan dan keamanan emosional.
Flourishing vs. Well-Being: Apa Bedanya?
Banyak yang menganggap istilah flourishing sama dengan well-being, padahal keduanya berbeda. Menurut para peneliti, well-being hanya menggambarkan kondisi kebahagiaan individu, sedangkan flourishing mencakup juga lingkungan sosial yang mendukung pertumbuhan seseorang.
Artinya, seseorang bisa merasa bahagia, tetapi belum tentu hidup dalam lingkungan yang sehat secara sosial. Sementara masyarakat Indonesia menunjukkan keseimbangan antara keduanya — bahagia secara pribadi dan terhubung secara sosial.
Kekayaan Tak Menjamin Makna Hidup
Menariknya, laporan ini menegaskan bahwa produk domestik bruto (PDB) atau kekayaan negara tidak selalu menentukan tingkat flourishing masyarakatnya. Negara kaya belum tentu memiliki masyarakat yang merasa hidupnya bermakna.
“Pernyataan kami bukan berarti bahwa PDB menurunkan makna hidup, tetapi hasil yang diinginkan dari sebuah masyarakat idealnya adalah yang memiliki pembangunan ekonomi tinggi sekaligus makna hidup yang kuat,” tulis peneliti dalam laporannya.
Tren Global: Anak Muda Mulai Kurang Bahagia
Selain peringkat antarnegara, studi ini juga menemukan fenomena menarik terkait usia. Biasanya, grafik kebahagiaan manusia membentuk kurva berbentuk U — tinggi di usia muda, menurun di usia pertengahan, lalu meningkat lagi di usia lanjut. Namun, tren ini kini mulai hilang.
Kelompok usia 18–29 tahun justru mencatat tingkat flourishing paling rendah. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti isolasi sosial, tekanan finansial, ketidakpastian masa depan, hingga kehilangan makna hidup.
Hasil penelitian ini menjadi refleksi bahwa fokus pembangunan tidak selalu harus pada ekonomi semata. Faktor sosial, spiritual, dan budaya yang menjadi kekuatan Indonesia terbukti mampu membentuk masyarakat yang lebih tangguh dan bahagia.
Dengan menjaga nilai-nilai tersebut sambil tetap memperkuat ekonomi dan pendidikan, Indonesia berpotensi menjadi contoh negara dengan kesejahteraan menyeluruh (flourishing society) di dunia.
Hasil Global Flourishing Study membuktikan bahwa kesejahteraan sejati bukan hanya soal uang atau status sosial. Indonesia menunjukkan bahwa makna hidup, hubungan sosial, dan nilai spiritual memiliki peran besar dalam menciptakan kebahagiaan masyarakat.
Dengan peringkat pertama dunia dalam indeks flourishing, Indonesia kini menjadi contoh nyata bahwa kebahagiaan sejati lahir dari keseimbangan antara hati, pikiran, dan lingkungan sosial.
Indonesia kembali mencuri perhatian dunia internasional. Dalam laporan Global Flourishing Study terbaru yang dilakukan oleh Harvard University dan Baylor University, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan tingkat flourishing tertinggi di dunia. Temuan ini cukup mengejutkan, karena Indonesia bukan negara dengan pendapatan tinggi, namun justru unggul dalam aspek kebahagiaan, makna hidup, dan keterhubungan sosial dibanding negara maju.
Apa Itu Flourishing dan Mengapa Penting?
Flourishing atau kesejahteraan menyeluruh menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa bahagia, sehat secara fisik dan mental, memiliki tujuan hidup, nilai moral yang kuat, serta hubungan sosial yang bermakna. Konsep ini lebih luas dari sekadar kebahagiaan atau kesejahteraan ekonomi, karena mencakup aspek sosial dan spiritual yang memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Dalam Global Flourishing Study, para peneliti menilai lebih dari 200.000 responden di 22 negara selama lima tahun. Studi ini dilakukan bersama Gallup, lembaga survei global yang dikenal kredibel dalam riset sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil riset tersebut, Indonesia menempati posisi pertama dengan skor flourishing tertinggi, disusul oleh Filipina dan Meksiko. Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris justru tertinggal di bawah.
Para peneliti menyoroti bahwa kekayaan finansial tidak selalu berbanding lurus dengan kebahagiaan dan makna hidup. Negara maju memang memiliki keamanan finansial lebih baik, namun cenderung melaporkan hubungan sosial dan makna hidup yang lebih rendah.
“Meskipun banyak negara maju melaporkan tingkat keamanan finansial dan evaluasi hidup yang lebih tinggi, negara-negara ini tidak berkembang dalam hal lain, seringkali melaporkan makna dan kualitas hubungan yang lebih rendah,” tulis tim peneliti dari Harvard dan Baylor University, dikutip dari Fortune.
Kunci Kebahagiaan Masyarakat Indonesia: Nilai Sosial dan Spiritual
Salah satu faktor yang dinilai paling berpengaruh terhadap tingginya skor Indonesia adalah keterlibatan sosial dan keagamaan yang kuat. Sekitar tiga perempat responden di Indonesia tercatat menghadiri kegiatan keagamaan setidaknya sekali dalam seminggu, yang menunjukkan betapa eratnya ikatan sosial masyarakat Indonesia.
Kegiatan keagamaan dan sosial ini membantu masyarakat merasa memiliki makna dan tujuan hidup yang lebih besar. Selain itu, budaya gotong royong dan solidaritas antarwarga yang tinggi turut memperkuat rasa kebersamaan dan keamanan emosional.
Flourishing vs. Well-Being: Apa Bedanya?
Banyak yang menganggap istilah flourishing sama dengan well-being, padahal keduanya berbeda. Menurut para peneliti, well-being hanya menggambarkan kondisi kebahagiaan individu, sedangkan flourishing mencakup juga lingkungan sosial yang mendukung pertumbuhan seseorang.
Artinya, seseorang bisa merasa bahagia, tetapi belum tentu hidup dalam lingkungan yang sehat secara sosial. Sementara masyarakat Indonesia menunjukkan keseimbangan antara keduanya — bahagia secara pribadi dan terhubung secara sosial.
Kekayaan Tak Menjamin Makna Hidup
Menariknya, laporan ini menegaskan bahwa produk domestik bruto (PDB) atau kekayaan negara tidak selalu menentukan tingkat flourishing masyarakatnya. Negara kaya belum tentu memiliki masyarakat yang merasa hidupnya bermakna.
“Pernyataan kami bukan berarti bahwa PDB menurunkan makna hidup, tetapi hasil yang diinginkan dari sebuah masyarakat idealnya adalah yang memiliki pembangunan ekonomi tinggi sekaligus makna hidup yang kuat,” tulis peneliti dalam laporannya.
Selain peringkat antarnegara, studi ini juga menemukan fenomena menarik terkait usia. Biasanya, grafik kebahagiaan manusia membentuk kurva berbentuk U — tinggi di usia muda, menurun di usia pertengahan, lalu meningkat lagi di usia lanjut. Namun, tren ini kini mulai hilang.
Kelompok usia 18–29 tahun justru mencatat tingkat flourishing paling rendah. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti isolasi sosial, tekanan finansial, ketidakpastian masa depan, hingga kehilangan makna hidup.
Hasil penelitian ini menjadi refleksi bahwa fokus pembangunan tidak selalu harus pada ekonomi semata. Faktor sosial, spiritual, dan budaya yang menjadi kekuatan Indonesia terbukti mampu membentuk masyarakat yang lebih tangguh dan bahagia.
Dengan menjaga nilai-nilai, Indonesia berpotensi menjadi contoh negara dengan kesejahteraan tertinggi di dunia.
Hasil Global Flourishing Study membuktikan bahwa kesejahteraan sejati bukan hanya soal uang atau status sosial. Indonesia menunjukkan bahwa makna hidup, hubungan sosial, dan nilai spiritual memiliki peran besar dalam menciptakan kebahagiaan masyarakat.
Dengan peringkat pertama dunia dalam indeks flourishing, Indonesia kini menjadi contoh nyata bahwa kebahagiaan sejati lahir dari keseimbangan antara hati, pikiran, dan lingkungan sosial.